Jadi kamu pada pagi itu datang.
Kamu mengajaknya berbicara tentang kenangan. Bernostalgia tentang rasa yang
pernah ada. Kamu sedikit bimbang. Seperti berpura-pura dalam omongan. Kamu
mengawali dengan bercerita tantang rindu yang tak tersampaikan. Tentang penyesalan
dan permintaan maaf yang seharusnya dia yang ucapkan. Kamu selalu berbicara
tentang masa lalu, berniat untuk menciptakan mesin waktu agar waktu dapat di
ulang kembali. Katamu kamu sangat ingin mengulang masa itu. Terus berbicara
tentang merelakan dan melepaskan. Padahal kamu tak selangkahpun meninggalkan
kenangan yang katamu indah. Memutar kenangan bagimu adalah zona nyaman dan melupakan
adalah hal yang mematikan. Sampai saat inipun kamu masih berbicara tentang
keinganmu untuk beranjak dari masa lalu. Tapi pada kenyataannya kamu masih
memeluk erat masa lalu. Kamu terus berbicara dan bercerita. Tanpa perduli
dengan dia yang ingin berkata. Berkisah tenatng kebahagiaannya yang sekarang.
Kali ini kamu berhenti berbicara.
Bukan karena kamu sadar dia telah berbahagia. Bukan juga tersadar karena kamu
telah banyak melewatkan banyak hal sebab
masih terpaku pada masa itu.
Kamu memang berhenti berbicara.
Tapi sekarang kamu mengambil kertas dan pena. Kamu memang tak lagi berbicara
dan bercerita tentang masa itu. Tapi kamu selalu berulang-ulang menuliskan nama
itu.
see you !
ima <3
September, 2014